In Memoriam : KH. Nasruddin Rahim, B.A. – Ustadz, Ahli Tafsir Hadist di Pesantren DDI Baruga

Beberapa saat sebelum berbuka puasa di daerah Wonomulyo kami mendapat kabar dari salah satu keluarga kami: “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, bapak Ipa sudah tiada” kabar tersebut di sampaikan oleh keluaga saya om Asrar, pada 3 Juni 2018 lalu. kabar ini mengacu pada kepergian almarhum KH.Nasruddin Rahim, B.A. yang baru saja kami Jenguk di RSUD Andi Depu Polewali Mandar.

Beberapa hari sebelumnya “Bapak Ipa” – panggilan saya untuk beliau, sedang dirawat di rumah sakit. Saya dan bapak saya berniat untuk menjenguk beliau 2 hari sebelum Almarhum berpulang. Setelah kami tiba, ternyata di sana sudah banyak keluarga yang menunggu di luar ruang ICU. Saya melihat langsung om saya dipasangkan berbagai alat medis. Besoknya saya pulang ke Majene bersama Om Muhsin. di tengah perjalanan karena waktu berbuka hampir tiba akhirnya kami memutuskan untuk singgah di rumah keluarga om saya, baru sampainya kami di rumah tiba-tiba ada yang menelpon dari rumah sakit dan mengabarkan hal yang tidak pernah kami inginkan.

Ustadz ini lahir di Majene Sulawesi Barat pada tahun 1953. Beliau melanjutkan pendidikannya di fakultas Ushuluddin IAIN Makassar. Selama berkuliah beliau sempat di tunjuk oleh bapaknya om saya untuk menggantikannya berkhutbah di Masjid, dan mulai dari situlah almarhum memulai karirnya sebagai penceramah. Dari cara beliau dalam berdakwah itu tidak pernah menyinggung orang, dan pembawaan beliau lucu sehingga banyak yang menyukainya. Di masa mudanya pun beliau sudah di anggap jadi bahan pertimbangan. Ketika ada masalah, saran dari beliaulah yang ditunggu-tunggu oleh keluarganya.

Istri beliau bernama Hj. St. Munirah, S.Pd.I. berasal dari Majene Sulawesi Barat. Beliau mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri simullu. Mereka mempunyai dua anak sepasang, anak perempuan pertamanya waktu itu sekolah perawat dan sekarang bekerjan di Universitas Sulawesi Barat, dan anak kedua yang laki-laki saat ini menempuh pendidikan di daerah Jawa. beliau sangat mendorong pendidikan anak-anaknya.

Pada tahun 2010, Almarhum ditunjuk sebagai petugas Haji oleh Bapak Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh. Waktu itu beliau di undang ke mamuju untuk berceramah di sana, setelah ceramah beliau beristirahat di rumah jabatan gubernur, dan tiba-tiba beliau dipanggil secara pribadi oleh pak Anwar Adnan Saleh dan diberitahu untuk mempersiapkan paspor dan surat keterangan kesehatannya untuk memenuhi syarat berangkat haji.

KH. Nasruddin Rahim, B.H. juga sempat menjadi pimpinan pondok Pesantren Ihyaul Ulum DDI Baruga. Selama menjadi pimpinan pondok, beliau sangat di hargai dan mampu membangun kedekatan yang baik dengan para santri dengan sikapnya yang humoris. Dari cara beliau bergaul dengan seseorang itu sangat mempengaruhi sehingga pesantren DDI Baruga bisa dikenal banyak orang khususnya di Provinsi Sulawesi Barat.

Muhammad Masykur salah satu keluarga yang sangat dekat dengan Almarhum mengatakan Alm KH Nasruddin Rahim sangat bijaksana dalam menasehati dan menyampaikan sesuatu. “saya pernah satu periode sama beliau, beliau ketua pengurus daerah DDI kabupaten Majene dan saya kebetulan Sekretarisnya, satu karakter yang saya lihat dari beliau itu tidak suka kalau ada kesalapahaman di antara kita, dan beliau dalam menyelesaikan suatu persoalan sangat bijaksana dalam menasehati atau menyampaikan sesuatu, itulah karakter dari beliau yang paling saya senang dan menjadi pembelajaran bagi saya,” Kata pak Masykur pada Rabu (13/11/2024).

“Nur Wahida Arief”, nama saya yang diberikan oleh almarhum. Nur yang artinya Cahaya, Wahida artinya pertama dan Arief merupakan nama bapak saya sendiri, jadi maknanya itu cahaya anak pertama. Sewaktu bayi saya sering di gendong-gendong oleh beliau begitupun juga dengan sepupu-sepupu saya yang lain. Naya sepupu saya yang sering menginap di rumah almarhum mengatakan kalau beliau selalu menanyakan sholatnya setiap datang ke rumahnya, juga sering di paksa makan kalau sudah tiba waktu makan, dan almarhum juga selalu bawa banyak barakka’ setelah pulang dari ceramah maulid untuk dibagikan ke anak dan keponakan-keponakannya. Kami sebagai keponakannya sangat mengingat dan merindukan ketawa khas dari almarhum.

Sewaktu saya menjenguk almarhum, saya melihat beliau terbaring lemas di ranjang rumah sakit dengan alat-alat medisnya, saya berdo’a dalam hati ya Allah tolong angkat semua penyakit yang di derita om saya ini, tetapi Allah berkehendak lain. Jenazah almarhum kami pulangkan ke Majene tepatnya di Baruga. Sejumlah orang penting turut hadir dalam prosesi pemakaman Almarhum. mereka di antaranya yaitu Bupati Majene Fahmi Massiara, Wakil Bupati Majene Lukman, Mantan Bupati Majene Kalma Katta, dan Anggota DPRD Sulawesi Barat beserta sejumlah tamu penting lainnya. 

Penulis: Nur Wahidah Arief

Komentar

Postingan Populer