Datuk Ri Tiro: Penyebar Islam di Bulukumba

 

Datuk Ri Tiro, atau lebih dikenal dengan nama aslinya Nurdin Ariyani atau Abdul Jawad, adalah seorang ulama sufi yang berperan penting dalam sejarah penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan. Datuk Ri Tiro berasal dari Minangkabau dan belajar ilmu agama di Kesultanan Aceh. Ia diutus oleh Sri Sultanah Aceh untuk menyebarkan ajaran agama Islam ke wilayah Sulawesi Selatan, sebuah misi yang akan mengubah sejarah masyarakat setempat.

Datuk Ri Tiro bersama dua rekannya, Datuk Ri Bandang dan Datuk Patimang, dipilih untuk menyebarluaskan Islam di Sulawesi Selatan. Mereka tiba di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-17, sebuah periode yang sangat strategis dalam sejarah penyebaran Islam di wilayah tersebut. Kerajaan Tiro, yang merupakan salah satu kerajaan kecil di Bulukumba, menjadi fokus utama perjuangan Datuk Ri Tiro.

Datuk Ri Tiro memulai dakwahnya dengan pendekatan yang bijaksana. Ia mengawali perjuangannya dari lingkungan kerajaan, karena jika raja sudah menerima Islam, maka rakyatnya pun akan mudah mengikutinya. Raja Tiro V La Unru Daeng Biasa, yang merupakan raja kelima dari Kerajaan Tiro, sangat terkesan dengan ajaran Islam yang disampaikan oleh Datuk Ri Tiro. Raja ini akhirnya meminta Datuk Ri Tiro untuk bertemu dengannya dan menerima Islam sebagai agama resmi di kerajaannya. Penerimaan Islam oleh Raja Tiro V La Unru Daeng Biasa pada tahun 1604 M merupakan titik balik penting dalam sejarah penyebaran Islam di Sulawesi Selatan.

Salah satu strategi utama Datuk Ri Tiro dalam menyebarkan Islam adalah melalui pendekatan budaya. Ia memahami bahwa masyarakat Tiro memiliki kepercayaan yang kuat terhadap hal-hal mistis dan kebatinan. Datuk Ri Tiro menggunakan pendekatan tasawuf dalam mengajarkan ajaran Islam. Tasawuf, yang

merupakan mazhab Sunni, membahas tentang mendekatkan diri kepada Allah dan mengajarkan bahwa Allah adalah pencipta alam gaib dan alam nyata. Dengan cara ini, Datuk Ri Tiro berhasil memurnikan ajaran kuno rakyat Tiro yang banyak bertumpu pada ilmu hitam. Pendekatan ini memungkinkan masyarakat Tiro untuk menerima Islam dengan lebih mudah, karena pemikiran tentang kematian antara kebudayaan lokal dan ajaran Islam memiliki kemiripan.

Setelah sukses mengislamkan Kerajaan Tiro, Datuk Ri Tiro meluaskan dakwahnya ke wilayah lain di Sulawesi Selatan. Ia berhasil mengislamkan Kerajaan Bira dengan raja kelimanya, Bakka Daeng Burane, serta Kerajaan Bantaeng dan Konfederasi Tellu Limpoe. Penyebaran Islam oleh Datuk Ri Tiro terjadi dengan cepat karena dukungan dari raja-raja yang telah memeluk Islam. Raja-raja ini kemudian mendukung penyebaran Islam ke wilayah-wilayah lain, sehingga ajaran Islam dapat menyebar luas di Sulawesi Selatan.

Raja Kerajaan Tiro, La Unru Daeng Biasa, menyambut baik kedatangan Datuk Ri Tiro dan bersedia memeluk Islam setelah dibimbing untuk membaca syahadat. Setelah raja menerima Islam, masyarakat pun mengikuti jejaknya. Proses pengislaman ini berlangsung damai dan tidak melalui kekerasan, berbeda dengan beberapa kerajaan lain di Sulawesi Selatan yang harus melalui konflik.

Meskipun banyak masyarakat yang menerima ajaran Islam dengan baik, tidak semua orang bersedia beralih keyakinan. Beberapa bissu (praktisi ilmu kebatinan) menentang penyebaran Islam ini. Namun, dukungan dari Raja La Unru Daeng Biasa memberikan kekuatan bagi Datuk Ri Tiro untuk terus melanjutkan perjuangannya.

Atas jasa-jasanya menyebarluaskan agama Islam, Datuk Ri Tiro diabadikan sebagai nama salah satu masjid ikonik di Bulukumba, yakni Masjid Islamic Center Dato Tiro. Makamnya yang terletak di Dusun Hila-Hila, Kelurahan Eka Tiro, Kecamatan Bontotiro, Bulukumba, juga menjadi sebuah wisata religi yang sering dikunjungi masyarakat. Nama Datuk Ri Tiro menjadi simbol perjuangan dan pengorbanan dalam menyebarkan ajaran Islam di Sulawesi Selatan. Ia dianggap sebagai salah satu ulama sufi yang mendapat gelar pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia dan pemerintah Afrika Selatan.

Datuk Ri Tiro adalah seorang ulama sufi yang berperan penting dalam sejarah penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan. Dengan pendekatan bijaksana dan menggunakan tasawuf, ia berhasil mengislamkan Kerajaan Tiro dan meluaskan dakwahnya ke wilayah lain. Perjuangan dan pengorbanannya tidak hanya mengubah sejarah masyarakat setempat, tetapi juga meninggalkan warisan yang abadi dalam bentuk masjid dan makam yang menjadi tempat ziarah bagi umat Islam. Nama Datuk Ri Tiro akan selalu diingat sebagai simbol perjuangan menyebarkan ajaran Islam di Sulawesi Selatan.

Datuk Ri Tiro adalah sosok penting dalam sejarah penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Melalui pendekatan budaya dan tasawuf, ia berhasil mengubah pola pikir masyarakat lokal dan mengajak mereka untuk menerima ajaran Islam dengan cara yang damai. Warisan perjuangannya masih terasa hingga kini, menjadikannya salah satu tokoh ulama terkemuka dalam sejarah Indonesia.

Penulis: Muh. Nur Aksa Jafar

Komentar

Postingan Populer